Fahmi's blog

Selasa, 03 Juli 2012

Asuhan keperawatan pada kelainan jantung


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Katub jantung bekerja mengatur aliran darah melalui jantung ke arteria pulmonal dan aorta dengan cara membuka dan menutup pda saat yang tepat ketika jantung berkontraksi dan berelaksasi selama siklus jantung.
Katub atrioventrikuler memisahkan atrium dan ventrikel, terdiri atas katub trikuspidalis yang membagi atrium kanan dan ventrikel kanan, serta katub miral atau bikuspidalis yang membagi atrium kiri dan ventrikel kiri.
Katub semilunaris terletak antara ventrikel dan arteri yang bersangkutan. Katub pulmonal terletak antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis, sedang katub aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta
Bila salah satu katup jantung tidak terbuka atau tertetup dengan baik maka akan mempengaruhi aliran darah. Bila katup tidak dapat membuka secara sempurna (biasanya karena stenosis), akibatnya aliran darah melalui katup tersebut akan berkurang. Bila katup tidak dapat menutup secara sempurna darah akan mengalami kebocoran sebagai proses yang disebut regurgitasi atau insufisiensi.
Kelainan katup dibagi menjadi beberapa kategori berikut: prolaps katup mitral, stenosis mitral, insufiensi atau regurgitasi mitral, stenonis aorta, insufisiensi atau regurgitasi aorta, stenosis trikuspidalis, insufisiensi ataur egurgitasi trikuspidalis, dan penyakit katup pulmonal. Kelaian katup tersebut menimbulkan berbagai gejala, tergantung beratnya, dan mungkin memerlukan perbaikan secara bedah atau penggantian untuk mengoreksi masalah. Dalam makalah ini kami hanya akan menjelaskan beberapa point saja yakni kelainan pada katup mitral dan aorta.

1.1  Rumusan Masalah
a.       Definisi kelainan katup jantung
b.      Tipe gangguan katup jantung
c.       Etiologi kelainan katup jantung
d.      Tanda dan Gejala kelainan katup jantung
e.       Patofisiologi kelainan katup jantung
f.       Asuhan keperawatan dengan kelainan katup jantung

1.2  Tujuan
a.       Setelah mempelajari asuhan keperawatan ini diharapkan mahasiswa dapat memahami secara konsep dasar teori mengenai kelainan katup jantung.
b.      Mengetahui dan memahami tipe kelainan katup jantung
c.       Mengetahui dan memahami eiologi kelainan katup jantung.
d.      Tahu dan dapat melakukan asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan kelainan katup jantung.
e.       Dapat menerapkan asuhan keperawatan dengan baik
                                                                                   















BAB II
KONSEP DASAR
2.1. Pengertian
Kelainan katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantung mengalami kelainan yang membuat aliran darah tidak dapat diatur dengan maksimal oleh jantung.
Katup jantung yang mengalami kelainan membuat darah yang seharusnya tidak bisa kembali masuk ke bagian serambi jantung ketika berada di bilik jantung membuat jantung memiliki tekanan yang cukup kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya orang tersebut tidak bisa melakukan aktifitas dalam tingkat tertentu.
Kelainan katup jantung yang parah membuat penderitanya tidak dapat beraktifitas dan juga dapat menimbulkan kematian karena jantung tidak lagu memiliki kemampuan untuk dapat mengalirkan darah.
Kelainan katup jantung biasanya terjadi karena faktor genetika atau keturunan dan terjadi sejak masih dalam kandungan. Kelainan pada katup jantung juga bisa terjadi karena kecelakaan ataupun cedera yang mengenai jantung. Operasi jantung juga dapat menyebabkan kelainan pada katup jantung jika operasi tersebut gagal atau terjadi kesalahan teknis maupun prosedur dalam melakukan oeprasi pada jantung.
Penyakit katup jantung menyebabkan kelainan-kelainan pada aliran darah yang melintasi katup jantung. Katup yang terserang penyakit dapat mengalami dua jenis gangguan fungsional: (1) regurgitasi-daun katup tidak dapat menutup rapat sehngga darah dapat mengalir balik (sinonim dengan isufisiensi katup dan inkompetensi katup) ; dan (2) stenosis katup-lubang katup mengalami penyempitan shingga aliran darah mengalami hambatan. Isufisiensi dapat dan stenosis dapat terjadi bersamaan pada satu katup, dikenal sebagai ”lesi campuran” atau terjadi sendiri yang disebut sebagai lesi murni.” Berikut tipe-tipe gangguan katub.
a.      Sindrom Prolaps Katup Mitral
            Sindrom prolaps katup mitral adalah disfungsi bilah – bilah katup mitral yang tidak dapat menutup dengan sempurna dan mengakibatkan regurgutasi katup, sehingga darah merembes dari ventrikel kiri ke antrium kiri. Sindrom ini kadang tidak menimbulkan gejala atau dapat juga atau dapat juga berkembang cepat dan menyebabkan kematian mendadak. Pada tahun – tahun belakangan sindrom ini semakin banyak dijumpai, mungkin karena metode diagnostic yang semakin maju    
b.      Stenosis Mitral
            Stenosis mitral adalah penebalan progresif dan pengerutan bilah – bilah katup mitral, yang menyebabkan penyempitan lumen dan sumbatan progresif aliran darah. Secara normal pembukaan katup mitral adalah selebar tiga jari. Pada kasus stenosis berat menjadi penyempitan lumen sampai seleba pensil. Ventrikel kiri tidak terpengaruh, namun antrium kiri mengalami kesulitan dalam menggosongkan darah melalui lumen yang sempit ke ventrikel kiri. Akibatnya antrium akan melebar dan mengalami hipertrofi karena tidak ada katup yang melindungi vena pulmonal terhadap aliran balik dari antrium, maka sirkulasi pulmonal mengalami kongesti. Akibatnya ventrikel kanan harus menanggung beban tekanan arteri pulmonal yang tinggi dan mengalami peregangan berlebihan yang berakhir gagal jantung.
c.       Insufisiensi Mitral (Regurgitasi)
            Insufisiensi mitral terjadi bilah- bilah katup mitral tidak dapat saling menutup selama systole. Chordate tendineae memendek, sehingga bilah katup tidak dapat menutup dengan sempurna, akibatnya terjadilah regurgitasi aliran balik dari ventrikel kiri ke antrium kiri. Pemendekan atau sobekan salah satu atau kedua bilah katup mitral mengakibtakan penutupan lumen mitral tidak sempurna saat ventrikel kiri dengan kuat mendorong darah ke aorta, sehingga setiap denyut, ventrikel kiri akan mendorong sebagaian darah kembali ke antrium kiri. Aliran balik darah ini ditambah dengan darah yang masuk dari paru, menyebabkan antrium kiri mengalami pelebaran dan hipertrofi. Aliran darah balik dari ventrikel akan menyebabkan darah yang mengalir dari paru ke antrium kiri menjadi berkurang. Akibatnya paru mengalami kongesti, yang pada giliranya menambah beban ke ventrikel kanan. Maka meskipun kebocoran mitral hanya kecil namun selalu berakibat terhadap kedua paru dan ventrikel kanan.
d.      Stenosis Katup Aorta
Stenosis katup aorta adalah penyempitan lumen antara ventrikel kiri dan aorta. Pada orang dewasa stenosis bisa merupakan kelainan bawaan atau dapat sebagai akibat dari endokarditisrematik atau kalsifikasi kuspis dengan penyebab yang tidak diketahui. Penyempitan terjadi secara progresif selama beberapa tahun atau beberapa puluh tahun.
Bilah – bilah katup aorta saling menempel dan menutup sebagaian lumen diantara jantung dan aorta. Ventrikel kiri mengatasi hambatan sirkulasi ini dengan berkontraksi lebih lambat tapi dengan energi yang lebih besar dari normal, mendorong darah melalui lumen yang sangat sempit. Mekanisme kompesansi jantung mulai gagal dan munculah tanda – tanda klinis.
            Obstruksi kalur aliran aorta tersebut menambahkan beban tekanan ke ventrikel kiri, yang mengakibatkan penebalann dinding otot. Otot jantung menebal (hipertrofi) sebagai respons terhadap besarnya obstruksi ; terjadilah gagal jantung bila obsruksinya terlalu berat.

e.       Insufiensi Aorta (Regurgitasi)
Insufisiensi aorta disebabkan oleh lesi peradangan yang merusak bentuk bilah katup aorta,sehingga masing – masing bilah tidak bisa menutup lumen aorta dengan rapt selama diastole dan akibatnya menyebabkan aliran balik darah dari aorta ke ventrikel kiri. Defek katup ini bisa disebabkan oleh endokarditis, kelainan bawaan, atau penyakit seperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang menyebabkan dilatasi atau sobekan aorta asendens
            Karena kebocoran katup aorta saat diastole , maka sebagaian darah dalam aorta, yang biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir ke ventrikel kiri, sehingga ventrikel kiri harus mengatasi keduanya yaitu mengirim darah yang secara normal diterima dari atrium kiri ke ventrikel melalui lumen ventrikel, maupun darah yang kembali dari aorta. Ventrikel kiri kemudian melebar dan hipertrofi untuk mengakomodasi peningkatan volume ini, demikian juga akibat tenaga mendorong yang lebih normal untuk memompa darah, menyebabkan tekanan darah sistolik meningkat. Sistem kardiovaskuler berusaha mengkompesansi melalui refleks dilatasi pembul;uh darah arteri perifer melemas sehingga tahanan perifer turun dan tekanan diastolic turun drastis.
2.2. Etiologi
Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai peyakit yang hampir selalu disebabkan oleh rematik, tetapi sekarang telah lebih banyak ditemukan penyakit katup jenis baru. Penyakit katup jantung yang paling sering dijumpai adalah penyakit katup degeneratif yang berkaitan dengan meningkatnya masa hidup rata-rata pada orang-orang yang hidup di negara industri dibandingkan dengan yang hidup di negara berkembang. Meskipun terjadi penurunan insidensi penyakit demam rematik , namun penyakit rematik masih merupakan penyebab lazim deformitas katup yang membutuhkan koreksi bedah.
1.                  Stenosis Mitralerdasarkan etiologinya stenosis katup mitral terjadi terutama pada orang tua yang pernah menderita demam rematik pada masa kanak-kanak dan mereka tidak mendapatkan antibiotik. Di bagian dunia lainnya, demam rematik sering terjadi dan menyebabkan stenosis katup mitral pada dewasa, remaja dan kadang pada anak-anak. Yang khas adalah jika penyebabnya demam rematik, daun katup mitral sebagian bergabung menjadi satu.
2.    Insufisiensi Mitral
Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat dibagi atas reumatik dan non reumatik(degenaratif, endokarditis, penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, trauma dan sebagainya). Di negara berkembang seperti Indonesia, penyebab terbanyak insufisiensi mitral adalah demam reumatik.
3.    Stenosis Aorta
Berdasarkan etiologinya stenosis katup aorta merupakan penyakit utama pada orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan penimbunan kalsium di dalam daun katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya gejalanya baru muncul setelah usia 70-80 tahun.
Stenosis katup aorta juga bisa disebabkan oleh demam rematik pada masa kanak-kanak. Pada keadaan ini biasanya disertai dengan kelainan pada katup mitral baik berupa stenosis, regurgitasi maupun keduanya.
Pada orang yang lebih muda, penyebab yang paling sering adalah kelainan bawaan. Pada masa bayi, katup aorta yang menyempit mungkin tidak menyebabkan masalah, masalah baru muncul pada masa pertumbuhan anak. Ukuran katup tidak berubah, sementara jantung melebar dan mencoba untuk memompa sejumlah besar darah melalui katup yang kecil.
Katup mungkin hanya memiliki dua daun yang seharusnya tiga, atau memiliki bentuk abnormal seperti corong. Lama-lama, lubang/pembukaan katup tersebut, sering menjadi kaku dan menyempit karena terkumpulnya endapan kalsium.


4.    Isufisiensi Aorta
Penyebab terbanyak adalah demam reumatik dan sifilis. Kelainan katub dan kanker aorta juga bias menimbulkan isufisiensi aorta. Pada isufisiensi aorta kronik terlihat fibrosis dan retraksi daun-daun katub, dengan atau tanpa kalsifikasi, yang umumnya merupakan skuele dari demam reumatik.
2.3. Patofisiologi
Demam reuma – inflamasi akut dimediasi – imun yang menyerang katup jantung akibat reaksi silang antara antigen streptokokus hemolitik-α grup A dan protein jantung. Penyakit dapat menyebabkan penyempitan pembukaan katup (stenosis) atau tidak dapat menutup sempurna (inkompetensi atau regurgitasi) atau keduanya.
Disfungsi katup akan meningkatkan kerja jantung. Insufisiensi katup memaksa jantung memompa darah lebih banyak untuk menggantikan jumlah darah yang mengalami regurgitasi atau mengalir balik sehingga meningkatkan volume kerja jantung. Stenosis katup memaksa jantung meningkatkan tekanannya agar dapat mengatasi resistensi terhadap aliran yang meningkat, karena itu akan meningkatkan tekanan kerja miokardium . Respon miokardium yang khas terhadap peningkatan volume kerja dan tekanan kerja adalah dilatasi ruang dan hipertrofi otot. Dilatasi miokardium dan hipertrofi merupakan mekanisme kompensasi yang bertujuan meningkatakan kemampuan pemompa jantung.
1.    Stenosis Mitral
Stenosis mitral terjadi karna adanya fibrosis dan fusikomisura katub mitral pada waktu fase penyembuhan demam reumatik. Terbentuknya sekat jaringan ikat tanpa pengapuran mengakibatkan lubang katub mitral pada waktu diastolic lebih kecil dari normal.
Berkurangnya luas efektif lubang mitral menyebabkan berkurangnya daya alir katub mitral. Hal ini akan meningkatkan tekanan diruang atrium kiri, sehingga timbul perbedaan tekanan antara atrium kiri dan ventrikel kiri waktu diastolik. Jika peningkatan tekanan ini tidak berhasil mengalirkan jumlah darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh, akan terjadi bendungan pada atrium kiri dan selanjutnya akan menyebabkan bendungan vena dan kapiler paru. Bendungan ini akan menyebabkan terjadinya sembab interstitial kemudian mungkin terjadi sembab alveolar. Pecahnya vena bronkialis akan menyebabkan hemoptysis.
Pada tahap selanjutnya tekanan arteri pulmonal akan meningakat, kemudian terjadi pelebaran ventrikel kanan dan insufisiensi pada katub tricuspid atau pulmonal. Akhirnya vena-vena sistemik akan mengalami bendungan pula. Bendungan hati yang berlangsung lama akan menyebabkan gangguan fungsi hati.
Kompensasi pertama tubuh untuk menaikkan curah jantung adalah takikardi. Tetapi konpensasi ini tidak selamanya menambah curah jantung karna pada tingkat tertentu akan mengurangi masa pengisian diastolic. Regangan pada otot-otot atrium dapat menyebabkan gangguan elektris sehingga terjadi fibrilasi atrium. Hal ini akan mengganggu pengisian ventrikel dari atrium dan memudahkan pembentukan thrombus di atrium kiri.  
2.    Isufisiensi Mitral
Insufisiensi mitral akibat reumatik terjadi karna katub tidak biasa menutup sempurna waktu sistolik. Perubahan pada katub meliputi klasifikasi, penebalan dan distorsi daun katub. Hal ini mengakibatkan koaptasi yang tidak sempurna waktu sistolik. Selain pemendekan kordatendinea mengakibatkan katub tertarik ke ventrikel terutama bagian posterior, dapat juga terjadi dilatasi annulus atau rupture korda tendinea. Selam fase sistolik, terjadi aliran regurgitasi ke atrium kiri, mengakibatkan gelombang v yang tinggi di atrium kiri, sedangkan aliran ke aorta berkurang pada saat diastolik,darah mengalir dari atrium kiri ke ventrikel.darah tersebut  selain yang berasal dari paru-paru melalui vena pulmonalis,jika terdapat darah regurgidan dari ventrikel kiri waktu sistolik sebelumnya.ventrikel kiri cepat distensi,apeks bergerak ke bawah secara mendadak,menarik katup korda dan otot kapilaris,hal ini menimbulkan vibrasi membentuk bunyi jantung ke tiga.pada insufisiensi mitral kronik,regurgitasi sistolik ke atrium kiri dan vena-vena pulmonalis dapat ditoleransi tanpa meningkatnya tekanan baji dan aorta pulmonal.
3.    Stenosis Aorta
Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm2. Stenosis aorta menyebabkan tahanan dan perbedaan tekanan selama sistolik antara ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan tekanan ventrikel kiri menghasilkan tekanan yang berlebihan pada ventrikel kiri, yang dicoba diatasi dengan meningkatkan ketebalan dinding ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel kiri). Pelebaran ruang ventrikel kiri terjadi sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah diastolik ventrikel kiri. Hal ini akan mengakibatkan pembesaran atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel kiri yang terus menerus akan menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dan menurunkan kontraktilitas miokard. Iskemia miokard timbul  akibat kurangnya aliran darah koroner ke miokard yang hipertrofi. 
Area katup aorta normal berkisar 2-4cm2,Gradien ventrikel kiri dengan aorta mulai trlihat bila area katup aorta <1.5cm2. Bila area katup mitral <1cm2,maka stenosis aorta sudah disebut berat. Kemampuan adaptasi  miokard menghadapi stenosis aorta meyebabkan manifestasi baru muncul bertahun tahun kemudian. Hambatan aliran darah pada stenosis katup aorta(progressive pressure overload of left ventricle akibat stenosis aorta) akan merangsang mekanisme RAA(Renin-Angiotensin-Aldosteron) beserta mekanisme lainnya agar miokard mengalami hipertrofi.Penambahan massa otot ventrikel kiri ini akan menigkatkan tekanan intra-ventrikel agar dapat melampaui tahanan stenosis aorta tersebut dan mempertahankan wall stress yang normal berdasarkan rumus Laplace: Stress (pressurexradius): 2xthickness. Namun bila tahanan aorta bertambah,maka hipertrofi akan berkembang menjadi patologik disertai penambahan jaringan kolagen dan menyebabkan kekakuan dinding ventrikel,penurunan cadangan diastolic,penigkatan kebutuhan miokard dan iskemia miokard . Pada akhirnya performa ventrikel kiri akan tergangu akibat dari asinkroni gerak dinding ventrikel dan after load mismatch. Gradien trans-valvular menurun,tekanan arteri pulmonalis dan atrium kiri meningkat menyebabkan sesak nafas. Gejala yang mencolok adalah sinkope, iskemia sub-endokard  yang menghasilkan angina dan berakhir dengan gagal miokard (gagal jantung kongestif). Angina timbul karena iskemia miokard akibat dari kebutuhan yang meningkat hipertrofi ventrikel kiri, penurunan suplai oksigen akibat dari penurunan cadangan koroner, penurunan waktu perfusi miokard akibat dari tahanan katup aorta.
4.    Insufisiensi Aorta
     Insufisien kronik mengakibatkan peningkatan secara bertahap dari volume akhir diastolik ventrikel kiri.akibat beban volume ini, jantung melakukan penyesuaian dengan mengadakan pelebaran dinding ventrikel kiri.curah sekuncup ventrikel kiri juga meningkat. Konpensasi yang terjadi berupa hipertrofi ventrikel kiri yang biasa menormalkan tekanan dinding sistolik.pada tahap kronik,faktor miokard primer atau klesi sekunder seperti penyakit coroner diastolik akhir serta penurunan fraksi ejeksi.selanjutnya dapat meningkatkan tekanan atrium kiri dan hipertensi vena pulmonal.
     Perubahan hemodinamid keadaan akut dapat dibedakan dengan keadaan kronik.kerusakan akut timbul pada pasien tanpa riwayat insufisiensi sebelumnya.ventrikel kiri tidak punya cukup waktu untuk beradaptasi terhadap insufisiensi aorta.peningkatan secara tiba-tiba dari tekanan diastolik akhir ventriker kiri biasa timbul dengan sedikit dilatasi ventrikel.
2.4. Tanda dan gejala
Jika stenosisnya berat, tekanan darah di dalam atrium kiri dan tekanan darah di dalam vena paru-paru meningkat, sehingga terjadi gagal jantung, dimana cairan tertimbun di dalam paru- paru (edema pulmoner). Penderita yang mengalami gagal jantung akan mudah merasakan lelah dan sesak nafas. Pada awalnya, sesak nafas terjadi hanya sewaktu melakukan aktivitas, tetapi lama-lama sesak juga akan timbul dalam keadaan istirahat.
Sebagian penderita akan merasa lebih nyaman jika berbaring dengan disangga oleh beberapa buah bantal atau duduk tegak. Warna semu kemerahan di pipi menunjukkan bahwa seseorang menderita stenosis katup mitral. Tekanan tinggi pada vena paru-paru dapat menyebabkan vena atau kapiler pecah dan terjadi perdarahan ringan atau berat ke dalam paru-paru. Pembesaran atrium kiri bisa mengakibatkan fibrilasi atrium, dimana denyut jantung menjadi cepat dan tidak teratur.
1.    Stenosis Mitral
Sangat capai, lemah, dyspnea, capek bila ada kegiatan fisik, nocturnal dyspnea, batuk kering, bronchitis, rales, edema paru-paru, hemoptysis/batuk darah, kegagalan pada sebelah kanan jantung. Auskultasi: teraba getaran apex S1 memberondong, peningkatan bunyi. Murmur:lemah, nada rendah, rumbling/gemuruh, diastolic pada apex.
2.    Isufisiensi Mitral
            Sangat capi, lemah, kehabisan tenaga, berat badan turun, napas sesak bial terjadi kegiatan fisik, ortopneu, paroxysma noktural dipsneu rales
Tingkat lanjut: edema paru-paru, kegagalan jantung sebelah kanan.
Auskultasi: terasa getaran pada raba apex, S1 tidak ada, lemah, murmur.
Murmur: bernada tinggi, menghembus, berdesis, selam systoll(pada apex) S3 nada rendah.
3.    Stenosis Aorta
            Angina, syncope, capai, lemah, sesak napas saat ada kegiatan ortopneu, paroxys
mal nokturial, edema paru-paru, rales.
Tingkat alnjut: kegagalan sebelah kanan jantung
Murmur: nada rendah, kasar seperti kerutan, systoll(pada basis atau carctis) gemetar systoll pada basis jantung.
4.    Isufisiensi Aorta
            Palpitasi, sinus tacikardi, sesak napas bila beraktifitas ortopnew, paroxysmal noktural dyspnea, diaphoresis hebat, angina.
Tingkat lanjut: kegagalan jantung sebelah kiri dan kanan.
Murmur: nada tinggi, menghembus diastole (sela iga ke-3) murmur desakan systoll pada basis.
2.5. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada kelainan katup
·         Angina pectoris
·         Bedah jantung
·         Gagal jantung kongestif
·         Disritmia
·         Kondisi inflamasi jantung
·         Aspek-aspek psikososial perawatan akut
·         Penyakit jantung rematik
·         Penyakit jantung iskemik
2.6. Penatalaksanaan
1. Stenosis Mitral
Terapi antibiotic diberika untuk mencegah berulangnya infeksi. Penatalaksanaan gagal jantung kongesti adalah dengan memberikan kardiotinikum dan diuritik. Intervensi bedah meliputi komisurotoomi untuk membuka atau “menyobek” komisura katub mitral yang lengket atau mengganti katub miral dengan katub protesa. Pada beberapa kasus dimana pembedahan merupakan kontraindikasi dan terapi medis tidak mampu menghasilkan hasil yang diharapkan, maka dapat dilakukan valvuloplasti transluminal perkutan untuk mengurang beberapa gejala.
2.      Insufisiensi Mitral
Penatalaksanaannya sama dengan gagal jantung kongestif, intervensi bedah meliputi penggantian katup mitral.
3.      Stenosis Aorta
Penatalaksanaan yang sesuai untuk stenosis aorta adalah penggantian katub aorta secara bedah. Terdapat resiko kematian mendadak pada pasien yang diobati saja tanpa tindakan bedah. Keadaan yang tak dikoreksi tersebut dapat menyebabkan gagal jantung permanen yang tidak berespond terhadap terapi medis.
4.      Insufisiensi Aorta
Penggantian katub aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang tepat untuk penggantian katub masih kontroversial. Pembedahan dianjurkan pada semua pasien dengan hipertropi ventrikel kiri tanpa memperhatikan ada atau tidaknnya gejala lain. Bila pasien mengalami gejala gagal jantung kongestif, harus diberikan penatalaksanaan medis sampai dilakukannya pembedahan.







BAB III
PNP
    Mitral Stenosis
Intoleran Aktivitas
Gangguan kardiak  output
        Diastol 
          CO
         AVD
Tekanan Atrium kiri
   Tekanan pulmo                                                                                    Hipertensi Atrium Kiri
     Odema paru                                                        Hipertensi                     Kerusakan Atrium kiri                     
Gangguan pertukara gas
                                                                         Beban Ventrikel Kanan            Atrial Trombi          
Gagal Jantung
Atrium Emboli
 
   Sesak Nafas 
Gangguan Rasa Nyaman
 









Isufisiensi Mitral

                               Kronis                                                Akut
                      Tekanan atrium                                      Tekanan atrium
Volume Load                                          Dyspnea
                        Dilatasi Atrium                                   Odema Paru                         Tekanan Sistolik  
                      Kerusakan Atrium                          Hipertensi Paru-paru                       Tachicardia
Gagal jantung
                         Tachiaritmia                                                                                Volume Isufisiensi
Gagal jantung kiri
Isufisiensi mitral
 



                                   Aorta stenosis
                                            CO                                                                          
 Hipertensi ventrikel                          Hipertensi ventrikel
                                                           Tekanan arteri coroner                 Hipertensi jantung kiri
Angina pectori
                                                            Aliran darah coroner                            Konsumsi CO
                                                                                                              
Gagal jantung kiri
                                                                    Aritmia
                                                          Pengisian ventrikel
Tekanan darah
SynCope
 
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KELAINAN KATUP JANTUNG
            4.1.1 PENGKAJIAN
4.1.1.1.DATA DEMOGRAFI
A.    Biodata                       :
Nama   ( nama lengkap, nama panggilan ), Usia / tanggal lahir, Jenis kelamin, Alamat ( lengkap dengan no.telp ), Suku / bangsa, Status pernikahan, Agama / keyakinan, Pekerjaan / sumber penghasilan, Diagnosa medic, No. medical record, Tanggal masuk, Tanggal pengkajian, Therapy medic.
B.     Penanggung jawab :
Nama, Usia, Jenis kelamin, Pekerjaan / sumber penghasilan, Hubungan dengan klien.

4.1.1.2. RIWAYAT KESEHATAN
A.    Riwayat kesehatan sekarang :                               
Waktu timbulnya penyakit, kapan? Jam?, Bagaimana awal munculnya ?tiba-tiba? berangsur-angsur?, Keadaan penyakit, apakah sudah membaik, parah  atau tetap sama dengan sebelumnya, Usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan, Kondisi saat dikaji P Q R S T
B.     Riwayat kesehatan lalu :
            Penyakit pada masa anak-anak dan penyakit infeksi yang pernah dialami, Imunisasi           Kecelakaan yang pernah dialami, Prosedur operasi dan perawatan rumah sakit                Allergi ( makanan,obat-obatan, zat/substansi,textil ), Pengobatan dini (konsumsi obat-obatan bebas).

C.     Riwayat kesehatan keluarga :
            Identifikasi berbagai penyakit keturunan yang umumnya menyerang, Anggota keluarga yang terkena alergi, asma, TBC, hipertensi, penyakit jantung, stroke, anemia, hemopilia, arthritis, migrain, DM, kanker dan gangguan  emosional, Buat bagan dengan genogram.

DASAR DATA PASIEN
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala              : Kelemahan, kelelahan.
                          Pusing, rasa berdenyut
                          Dispenea karena kerja,palpitasi.
                          Gangguan tidur (ortopnea, dispnea paroksimal noktural, nokturia,keringat
                          malam hari.)
Tanda              : Takikardi,gangguan pada TD.
                          Pingsan karena kerja.
                          Takipnea, dispnea.
SIRKULASI
Gejala              : Riwayat kondisi pencetus,contoh:Demam reumatik,Endokarditis bakterial
                          Subakut,infeksi streptokokal;hipertensi,kondisi kongenital(contoh kerusakan
                          Atrial-septal,sindrom marfun),trauma dada,hipertensi pulmonal.
                          Riwayat murmur jantung,palpitasi.
                          Serak,hemoptisis.
                          Batuk,dengan/tanpa produksi sputum.
Tanda              : Sistolik TD menurun (AS lambat).
                          Tekanan nadi : Penyempitan (SA); luas(IA)
                          Nadi karotid:lambat dengan volume nadi kecil (SA); bendungan dengan
                          pulsasi arteri terlihat (IA).
                          Nadi apikal: PMI kuat dan terletak di bawah dan kekiri(IM); secara lateral
                          kuat dan perpindahan tempat (IA).
                          Getaran : Getaran diastolik pada aspek (SM).Getaran systolik pada dasar
                          (SA) Getaran systolik  senjang batas sternal kiri; getaran systolik pada titik
                          jagular dan sepanjang arteri karotis(IA).
                          Dorongan: dorongan apikal selama systolik(SA).
Bunyi jantung : S1 keras,pembukaan yang keras (SM).Penurunan atau tak ada S1, bunyi robekan luas,adanya S3(IM berat). Bunyi ejeksi sistolik (SA). Bunyi sistolik,ditonjolkan oleh berdiri/jongkok (MVP).
                          Kecepatan : Takikardi(MVP);takikardi pada istirahat (SM).
Irama : tak teratur,fibrilasi atrial (SM dan IM).Disritmia dan derajat pertama Blok AV (SA).
                          Murmur : Murmur diastolik pada area pulmonalik (IP). Bunyi rendah,murmur diastolik gaduh (SM). Murmur sistolik terdengar baik pada apek(MR). Murmur sistolik terdengar baik pada dasar dengan penyebaran ke leher (SA). Murmur sistolik pada dasar kiri batas sternal (SP) meningkat selama inspirasi (IT). Murmur diastolik (tiupan), bunyi tinggi dan terdengar baik pada dasar (IA) . Murmur diastolik pada dasar kiri strenal meningkat dengan inspirasi ( ST).
DVJ : Mungkin ada pada adanya gagal ventrikel kanan (IA, SA, IM, IT, SM).
Warna / Sianosis: Kulit hangat, lembab dan kemerahan (IA). Kapiler kemerahan dan pucat pada tiap nadi (IA).
INNTEGRITAS EGO
Gejala                :Tanda kecemasan, contoh gelisa, pucat, berkeringat, fokus menyempit, gemetar.
MAKANAN / CAIRAN
Gejala              : Disfagia (IM Kronis)
                          Perubahan berat badan.
              Penggunaan diuretik.
Tanda              : Edema umum / dependen
  Hepatomegali dan asites ( SM, IM, IT)
  Hangat, kemerahan dan kulit lembab (IA).
  Pernafasan payah dan bising dengan terdengar krekels dan mengi.
NEUROSENSORI
Gejala              : Episode pusing/ pingsan berkenaan dengan beban kerja.
NYERI / KENYAMANAN
Gejala              : Nyeri dada , angina (SA,IA)
                          Nyeri dada non angina / tidak khas (MVP).
PERNAFASAN
Gejala                : Dispenia (Kerja, ortopnea, paroksismal, nokturnal). Batuk menetap atau nokturnal ( sputum mungkin/ tidak produktif).
Tanda                : Takipnea
                            Bunyi napas adventisius ( krekels dan mengi)
    Sputum banyak dan berbecak darah ( Edema pulmonal).
                            Gelisah/ ketakutan ( Pada adanya edema pulmonal)
KEAMANAN
Gejala                          : Proses infeksi/ sepsis, kemoterapi radiasi.
                                      Adanya perawatan gigi (pembersihan, pengisian, dsb)
Tanda                          : Perlu perawatan gigi / mulut
PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
Gejala                          : Penggunaan obat IV (Terlarang) baru/ kronis
Pertimbangan              : DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 4,9 hari
Rencana pemulangan :Bantuan dengan kebutuhan perawatan diri; tugas-tugas rumah tangga / pemeliharaan.
                                      Perubahan dalam terapi obat.
                                      Susunan perabot dirumah.

4.1.1.3 RIWAYAT PSIKOSOSIAL

            -     Identifikasi klien tentang  kehidupan sosialnya                   :
-          Identifikasi hubungan klien dengan yang lain dan kepuasan diri sendiri  :
-          Kaji lingkungan rumah klien, hubungkan dengan kondisi RS      :
-          Tanggapan klien tentang beban biaya RS     :
-          Tanggapan klien tentang penyakitnya          :

                        4.1.1.4 RIWAYAT SPIRITUAL

            -     Kaji ketaatan klien beribadah dan menjalankan kepercayaannya   :
            -     Support system dalam keluarga       :
            -     Ritual yang biasa dijalankan          : 
   4.1.1.6 AKTIVITAS SEHARI-HARI
         A.  Nutrisi`            :
Selera makan, Menu makan dalam 24 jam, Frekuensi makan dalam 24 jam, Makanan yang disukai dan makanan pantangan, Pembatasan pola makanan, Cara makan ( bersama keluarga, alat makan yang digunakan ), Ritual sebelum makan.
B.     Cairan             :
Jenis minuman  yang dikonsumsi dalam 24 jam, Frekuensi minum, Kebutuhan cairan dalam 24 jam.
C.  Eliminasi  ( BAB  & BAK )                   : Tempat pembuangan, Frekuensi ?   Kapan ?  Teratur  ?, Konsistensi, Kesulitan dan cara menanganinya, Obat-obat untuk memperlancar BAB/BAK.
      D.  Istirahat Tidur
            Apakah cepat  tertidur, Jam tidur  (siang/malam), Bila tidak dapat tidur apa yang dilakukan, Apakah tidur secara rutin.
E.     Olahraga 
      Program olahraga tertentu, Berapa lama melakukan dan jenisnya, Perasaan setelah melakukan olahraga  :
      F.   Rokok / alkohol dan obat-obatan
Apakah merokok ? jenis ? berapa banyak ? kapan mulai merokok ?, Apakah minum minuman keras ? berapa minum /hari/minggu ? jenis minuman ? apakah banyak minum ketika stress ? apakah minuman keras mengganggu prestasi kerja ?    , Kecanduan kopi, alkohol, tea  atau minuman ringan ? berapa banyak /hari ?, Apakah mengkonsumsi obat dari dokter  (marihuana, pil tidur, obat bius).
      G.  Personal hygiene
      Mandi (frekuensi, cara, alat mandi, kesulitan, mandiri/dibantu), Cuci rambut, Gunting kuku, Gosok gigi.
H.    Aktivitas / mobilitas fisik
Kegiatan sehari-hari, Pengaturan jadwal  harian, Penggunaan alat bantu untuk aktivitas, Kesulitan pergerakan tubuh.
I.       Rekreasi
Bagaimana perasaan anda saat bekerja  ? , Berapa banyak waktu luang ?, Apakah puas setelah rekreasi  ?, Apakah anda dan keluarga menghabiskan waktu senggang?    Bagaimana perbedaan hari libur  dan hari kerj ? .

                      4.1.1.5 PEMERIKSAAN FISIK

A.    Keadaan umum klien :
Tanda-tanda dari distress, Penampilan dihubungkan dengan usia, Ekspresi wajah, bicara, mood, Berpakaian dan kebersihan umum, Tinggi badan, BB, gaya berjalan           .
B.     Tanda-tanda vital
Suhu, Nadi, Pernafasan, Tekanan darah.

C.     Sistem pernafasan
Hidung  :  (kesimetrisan, pernafasan cuping hidung, adanya sekret/polip,passase udara),
Leher    :   Pembesaran kelenjar, tumor
            Dada    :
·   Bentuk dada (normal,barrel,pigeon chest)            :
·   Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan transversi    :
·   Gerakan dada (kiri dan kanan, apakah ada retraksi)      :
·   Keadaan proxsesus xipoideus   :
·   Suara nafas (trakhea, bronchial, bronchovesikular)     :
·   Apakah ada suara nafas tambahan ?   :
            -     Apakah ada clubbing finger   :
D.    Sistem kardiovaskuler
Conjunctiva (anemia/tidak), bibir (pucat, cyanosis), Arteri carotis, Tekanan vena jugularis, Ukuran jantung, Ictus cordis / apex, Suara jantung ( mitral, tricuspidalis, S1, S2, bising aorta ,murmur, gallop), Capillary retilling time.
E.     Sistem perncernaan
            Sklera (ikterus/tidak), Bibir  (lembab, kering, pecah-pecah, labio skizis), Mulut (stomatitis, apakah ada palatoskizis, jumlah gigi, kemampuan menelan, gerakan lidah), Gaster  (kembung, gerakan peristaltik ), Abdomen   (periksa sesuai dengan organ dalam tiap kuadran), Anus  (kondisi, spinkter ani, koordinasi).
F.      Sistem saraf
1.   Fungsi cerebral : Status mental (orientasi, daya ingat, perhatian dan perhitungan, bahasa), Kesadaran (eyes, motorik, verbal) dengan GCS, Bicara  (ekspresive dan resiptive )
2.   Fungsi kranial (saraf kranial I s/d XII)    :
3.   Fungsi motorik (massa, tonus dari kekuatan otot)   :
5.      Fungsi sensorik (suhu, nyeri, getaran posisi dan diskriminasi  )  :
6.      Fungsi cerebellum (koordinasi dan keseimbangan)   :
7.      Refleks  (ekstremitas atas, bawah dan superficial)    :
8.      Iritasi meningen (kaku kuduk, lasaque sign, kernig sign, brudzinski sign)  :

G.    Sistem musculoskeletal                          :
Kepala ( bentuk kepala ), Vertebrae  (bentuk, gerakan, ROM ), Pelvis (Thomas test, trendelenberg test, ortolani/barlow test, ROM), Lutut  (Mc Murray Test, Ballotement, ROM), Kaki (keutuhan ligamen, ROM), Bahu, Tangan..
      H.  Sistem perkemihan                                 :
Edema palpebra, Moon face, Edema anasarka, Keadaan kandung kemih, Nocturia, dysuria, kencing batu, Penyakit hubungan sexual      :
      I.    Sistem immune                                       :
Allergi  ( cuaca, debu, bulu binatang, zat kimia ), ImmunisasI, Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca, Riwayat transfusi dan reaksinya.

                       
                     4.1.1.7 TEST DIAGNOSTIK
               -     Laboratorium  (tulis nilai normalnya)      :
               -     Ro foto      :
               -     CT Scan     :
-          MRI, USG, EEG, ECG, dll.
4.1.1.8.      Penatalaksanaan
-          Terapi antibiotic
-          Kardiotinikum dan diuritik
-          Komisurotoomi
-          Valvuloplasti translumnal perkutan
-          Penggantian katup mitral
-          Penggantian katup aorta

ANALISIS DATA

Kelompok Data
Etiologi
Masalah
1.
DO:
-     Sianosis
-     Dispnea
-     Tachikardia
-     Gas darah arteri abnormal
-     Pucat kehitaman

Odema paru
Gangguan pertukaran gas
2.
DO:
-     Aritmia
-     Brakikardia
-     Perubahan EKG
-     Takikardia
-     Penurunan tekanan vena
-     Keletihan
-     Murmur

penurunan kontraktilitas ventrikel kiri.

Resiko/actual tinggi menurunnya curah jantung
3.
DO :
-     Perubahan denyut jantung
-     Kedok wajah
-     Ungkapan nyeri
-     Gangguan tidur
-     Perubahan nafsu makan

Iskemia miokard
Nyeri dada
4.
DO:
-     Hilangnya nafsu makan
-     Mulut kering
-     Kontak mata buruk
-     Pasien terlihat cemas
-     Gugup

Situasi kritis, Takut akan kematian

Ansietas
5.
DO:
-     Sering bertanya
-     salah intruksi

Kurangnya informasi, keterbatasan kognitif
Deficit pengetahuan

4.2.       DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Gangguan pertukaran gas b/d odema paru ditandai dengan sianosis dan dispnea
2.      Resiko tinggi menurunanya curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri.
3.      Nyeri dada b/d iskemia jaringan myokard
4.      Ansietas b/d situasi kritis ditandai dengan ketakutan dan peningkatan tegangan
5.      Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang katup jantung ditandai dengan permintaan informasi pasien

4.3.       TINDAKAN KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Gangguan pertukaran gas
Gas darah arteri normal dalam jangka waktu 1 x 24 jam
-  Menunjukan perbaikan ventilasi/oksigenasi sebagai bukti adalah frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tak ada sianosis, dan penggunaaan otak aksesoris, bunyi nafas normal.


1.    Awasi frekuensi/kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori, area sianosis.


2.    Auskultasi bunyi nafas, catat adanya/ tak adanya, dan bunyi adventisius.

3.    Kaji laporan nyeri dada dan peningkatan kelemahan. Observasi tanda peningkatan demam, batuk,bunyi nafas ada adventisius.

4.    Bantu dalam mengubah posisi, batuk dan nafas dalam.
1.  Indikator keadekuatan fungsi pernapasan atau tingkat gangguan dan kebutuhan/keefektifan terapi.

2.  Terjadinya atelectasis dan stasis secret dapat mengganggu pertukaran gas.


3.  Menggambarkan terjadinya infeksi
Paru, yang meningkatkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.




4.   Meningkatkan ekspansidada optimal, memobilisasikan skresi, dan pengisian udara semua area \paru; menurunkan resiko stasis secret/pneumonia..
2.
Resiko tinggi menurunanya curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri.

Penurunan curah jantung dapat teratasi dan menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima, disritmia terkontrol atau hilang dan bebas gejala gagal jantung dalam jangka waktu 3x24 jam.
-    Klien akan melaporkan penurunan episode dispnea, berperan dalam aktivitas mengurangi beban kerja jantung,
-    Tekanan darah dalam batas normal ( 120/80mmHg, nadi 80x/menit),
-    Tidak terjadi aritmia dan irama jantung teratur,
CRT kurang dari 3 detik.

1.   Kaji dan laporkan tanda penurunan curah jantung.




2.   Catat bunyi jantung.














3.   Kaji perubahan pada sensorik, contoh: letargi, cemas, dan depresi.


4.   Berikan istirahat psikologi dengan lingkungan yang tenang.





5.   Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanl/ masker sesuai dengan indikasi.

6.   Kolaborasi untuk pemberian obat.








7.   Pemberian IV , pembatasan jumlah total sesuai dengan indikasi. Hindari cairan garam.
.

.

1.    Kejadian mortalitas dan morbiditas sehubungan dengan Ml yang lebih dari 24 jam pertama.
2.   S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa, irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah kedalam serambi yang distensi, murmur dapat menunjukkan inkompetensi/ stenosis mitral.

3.   Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung
4.   Stres emosi menghasilkan vasokonstriksi yang terkait dan meningkatkan tekanan darah dan frekuensi / kerja jantung.

5.   Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokardium dalam melawan efek hipoksia/iskemia.

6.   Banyaknya obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas, dan menurunkan kongesti.

7.     Oleh karena adanya peningkatan tekanan ventrikel kiri, pasien tidak menoleransi peningkatan volume cairan, pasien juga mengeluarkan sedikit natrium yang menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan kerja miokard
3.
Nyeri dada b/d iskemia jaringan miokard
Pasien mengatakan bahwa nyeri dada telah hilang/terkontrol dalam jangka waktu 3x24 jam
-  Nyeri hilang
-  Menyatakan metode yang membuat nyeri hilang
1.    Selidiki laporan nyeri dada dan bandingkan dengan episode selanjutnya. Gunakan skala nyeri 0-10 untuk rentang intensitas. Catat ekspresi verbal atau non verbal , respon otomatis terhadap nyeri(berkeringat,TD dan nadi berubah,peningkatan atau penurunan frekuensi pernafasan).

2.    Evaluasi respon terhadap obat 









3.    Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktifitas sesuai kebutuhan.






4.    Anjurkan pasien berespon tepat terhadap angina (contoh berhenti aktifitas yang menyebabkan angina, istirahat dan minum obat anti angina yang tepat.

5.    Berikan vasolidator, contoh nitrogliserin, nifedifin (Pro-cardia) sesuai indikasi.
1.    Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri. Perilaku dan perubahan tanda vital membantu menentukan derajat / adanya ketidaknyamanan pasien khususnya apabila pasien menolak adanya nyeri.





2.    Penggunaan terapi obat dan dosis. Catat nyeri yang tidak hilang atau menurun dengan nitrat menunjukan MVP, berhubungan dengan nyeri dada tidak khas / non angina.

3.    Aktifitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokardia (contoh kerja tiba-tiba, stress, makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.

4.    Penghentian aktifitas menurunkan kebutuhan oksigen dan kerja jantung dan sering menghentikan angina.



5.    Obat diberikan untuk meningkatkan sirkulasi miokardia (vasolidator) menurunkan angina sehubungan dengan iskemia miokardia.

4.
Ansietas b/d situasi kritis ditandai dengan ketakutan dan peningkatan tegangan

Pasien merasa tenang dalam jangka waktu 1x24 jam
-    Pasien menunjukkan relaksasi
-    Menunjukkan perilaku untuk menangani stres
1.   Identivikasi /evaluasi persepsi pengobatanyang ditunjukkan oleh situasi.
2.   Pantau respond fisik. Contoh palpitasi, takikardi, gerakan berulang, gelisah.





3.   Berikan tindakan kenyamanan contoh, mandi, gosokan punggung, perubahan posisi.



4.   Koordinasikan waktu istirahat dan aktivitas saat senggang tepat untuk kondisi.







5.   Dorong ventilasi perasaan tenang penyakit efeknya, terhadap pola hidup dan status kesehatan akan dating. Kaji keefektifan koping dengan stressor.



6.   Libatkan orang terdekat dalam rencana perawatan dan dorong partisipasi maksimum pada rencan pengobatan.
7.   Anjurkan pasien melakukan teknik relaksasi, contoh napas dalam, bimbingan imajinasi, relaksasi progresif.
1.   Alat untuk mendefinisikan lingkup masalah dan pilihan intervensi.
2.   Membantu menentukan derajat cemas sesuai status jantung. Penggunaan evaluasi seirama dengan respond verbal dan nonverbal.
3.   Membantu perhatian mengarahkan kembali dan meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan koping.
4.   Memberikan rasa control pasien untuk menangani beberapa aspek pengobatan, (contoh, aktivitas perawatan, waktu pribadi), menurunka kelemahan, meningkatkan energy.
5.   Mekanisme adaptif perlu untuk mengkoping dengan penyakit katub jantung kronis dan secara tepat mengganggu pola hidup seseorang, sehubungan dengan terpai pada sktivitas sehari-hari.
6.   Keterlibatan akan membantu menfokuskan perhatian pasien dalam arti positif dan memberikan rasa control.

7.   Memberikan arti penghilangan respond ansitas, menurunkan perhatian, meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan koping.
5.
Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang katup jantung ditandai dengan permintaan informasi pasien

Pasien mengerti tentang kelainan  katub jantung dalam jangka waktu 1x24 jam
-       Pasien menyatakan pemahaman proses penyakit, program pengobatan dan potensial komplikasi.
-       Mengidentifikasi perilku/perubahan pola hidup untuk mencegah komplikasi.
-       Mengenali kebutuhan untuk kerja sama dan mengikuti perawatan.

1.    Jelaskan dasar patologi abnormalitas katub.










2.    Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping, dan pentingnya minum obat sesuai resep.




3.    Tekankan pentingnya melaporkan rasa haus berlebihan, pusing berat, atau episode berdenyut.
4.    Anjurkan dan biarkan pasien menunjukkan ketrampilan pemantauan sendiri nadi bila pasien pulang dengan digitalis.
1.    Pasien harus mempuyai dasar pemahaman tentang abnormalitas katubnya sendiri dan konsekuensi hemodinamik kerusakan sebagai dasar penjelasan rasional sebagai dasar penjelasan rasional aspek pengobatan.
2.    Dapat meningkatkan kerjasama dengan terapi obat dan menceah penghentian sendiri pada obat dan /atau interaksi obat yang merugikan.
3.    Dapat mengidentifikasi kebutuhan evaluasi status elektrolit dan/atau gangguan program obat.

4.    Adanya perubahan pada frek nadi dan irama mungkin indikasi toksisitas digitalis dan harus dilaporkan pada dokter untuk evaluasi.

4.4.       EVALUASI
Tgl/jam
No Diagnosa
Evaluasi
Paraf

1
S: Gas darah Arteri pasien normal
O: - ventilasi/oksigenasi membaik
-   frekuensi pernapasan normal,
-   tak ada sianosis,
-    bunyi nafas normal.
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan


2
S: Penurunan curah jantung  teratasi, TTV normal, Bebas gejala gagal jantung
O: - Tidak terjadi aritmia
-          -  irama jantung teratur,
-          - CRT kurang dari 3 detik.
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan


3
S: Nyeri dada terkontrol
O: Meode nyeri hialng
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan


4
S: Pasien terlihat tenang
O: - Pasien melakukan relaksasi
-   Pasien tidak terlihat stres
A: Masalah teratasi
P: Intervensi di hentikan


5
S: Pasien telah mengerti tentang  kelainan katup
O: Pasien paham dengan proses  penyakit yang dideritanya.
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan


4.5.       DISCHARGE PLANING
-          Perawatan lanjutan: control sesuai waktu yang ditentukan
-          Obat-obatan untuk dilanjutkan di rumah
-          Manifestapi kekambuhan
-          Tindakan-tindakan untuk mencegah kekambuhan



















BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
-           Penyakit katup jantung merupakan penyakit jantung yang masih cukup tinggi insidennya, terutama dinegara-negara berkembang.
-           Disfungsi katup di bagi menjadi 2 jenis yaitu : Insufisiensi katup dan Stenosis katup.
-           Disfungsi katup akan meningkatkan kerja jantung. Insufisiensi katup memaksa jantung memompa darah lebih banyak untuk menggantikan jumlah darah yang mengalami regurgitasi atau mengalir balik sehingga meningkatkan volume kerja jantung. Stenosis katup memaksa jantung meningkatkan tekanannya agar dapat mengatasi resistensi terhadap aliran yang meningkat, karena itu akan meningkatkan tekanan kerja miokardium . Respon miokardium yang khas terhadap peningkatan volume kerja dan tekanan kerja adalah dilatasi ruang dan hipertrofi otot. Dilatasi miokardium dan hipertrofi merupakan mekanisme kompensasi yang bertujuan meningkatakan kemampuan pemompa jantung.
-           Dalam pengkajian klien dengan disfungsi katup jantung, data dasar yang harus di kaji adalah : Aktivitas istirahat, Sirkulasi,Integritas Ego, Makanan/ Cairan, Neurosensori, Nyeri/ Kenyamanan, Pernapasan, Keamanan, Penyuluhan/ Pembelajaran.
-           Dalam kelainan ini Prioritas keperawatn adalah : Mempertahankan curah jantung adekuat, Mempertahankan dan meningkatkan toleransi aktivitas, Menghilangkan nyeri serta memberikan informasi tentang proses penyakit, manajemen, dan pencegahan komplikasi.

5.2 Saran
      Kelainan katup di bagi menjadi beberapa kategori sehingga menimbulkan berbagai beberapa gejala yang berbeda, tergantung beratnya dan mungkin memerlukan perbaikan secara bedah atau penggantian untuk mengoreksi masalah sehingga seharusnya proses keperawatan yang di awali dengan pengkajian, diagnosa keperawatan haruslah tepat sehingga bisa dilakukan suatu rencana dan tindakan keperawatan yang benar dan tepat sehingga menghasilkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan dari proses keperawatan tersebut.

GLOSARIUM
·         Angina pectoris: gejala yang sering timbul karna meningkatnya kebutuhan oksigen akibat meningkatnya beban kerja ventrikel kiri dan hipertrofi miokardium.
·         Chordae  tendineae :
·         Defek : lubang
·         Fibrilasi: denyut yang cepat dan tidak efektif
·         Hemoptysis: muntah darah
·         Hipertrofi : otot jantung menebal
·         Inkompensi : Tidak dapat berfungsi secara tepat.
·         Kongesti : gagal jantung dua-duanya
·         Paroxysmal nocturnal dyspnea: sesak napas saat malam hari
·         Regurgitasi : Aliran yang berlainan arah dengan keadaan normalnya.
·         Stenosis : Penyempitan duktrus atau kanal.
·         Tricuspid: katub yang membagi antara atrium kanan dan ventrikel kiri











DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta: EGC.
Carpenito,  J. Lynda. 2009. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Praktek Klinis. Jakarta: EGC.
 C Long Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan). Bandung
Doenges E. Marlynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Pendokumentasian Perawata Pasien. Jakarta. EGC.
 Fakultas kedokteran UI, 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Price, S.A. & Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.


3 komentar: